Curhat

Holiday in Da Nang (Vietnam)

Sebenarnya kita sudah senang dengan Saigon, cuma udah senang pun masih saja penasaran dengan kota lain di Vietnam, dan kata teman Sebastian pula Da Nang itu bagus, very beautiful, internet cepat, pantai indah, hangat, yah di Saigon memang tidak ada pantai dan kebetulan pula saat itu sepertinya internet di Saigon lelet dan setiap kali kita pakai Skype untuk hubungi kerabat di Deutschland ada jeda kira – kira 1 detik (yah jelas mengganggu juga…)

Itulah dasarnya kita langsung beli tiket ke Da Nang, ada pilihan naik bus (tapi 18 jam dan ada sesuatu yang buat kita gak bisa ambil jalur lama), yah kita putuskanlah beli tiket pesawat yang memang mahal sekali (beneran kaget banget!). Kita naik Jetstar dari Saigon plus nambah bagasi masing – masing 20 kg, sekitar Rp.3.xxx.xxx total untuk penerbangan 1,5 jam ke Da Nang airport.

Saigon yang hangat seperti di Medan dan Pattaya, buat kita pakai outfit celana pendek adventure sedengkul plus kaos oblong, biasa kami rajin cek temperature tiap kali mau bepergian ke suatu tempat, dan entah kenapa kali itu tidak, keknya kita sama – sama capek jadi nggak sigap. Dan kedinginanlah begitu tiba di Da Nang. Seketika serasa di Deutschland waktu peralihan summer ke autumn (dingin banget 16°) ditambah hujan gerimis plus langit gelap dan awan kelabu. Kita berdua tertegun melihat langit sambil nunggu taxi, saat itu penumpang yang bareng pesawat kita mayoritas lokal, sepertinya pulang kampung karena beberapa hari lagi Tahun Baru (sama seperti Imlek, New Year buat Vietnamese), selebihnya kurang dari 10 foreigner dan dengan ekspresi sama persis seperti saya dan Sebastian…takjub (agak kecewa), kok dingin yah?

Lanjutlah kita naik Taxi dari airport ke Hotel yang sudah kita booking lewat Traveloka (Nirvana Hotel – Ha Bong 31), bersyukur banget penginapan disini murah-murah semua, dan ternyata ada udang di balik batunya. Kota ini masih masa persiapan menjadi kota destinasi wisata dan terasa dipaksakan, Golden Bridge (Cau Rong) yang terbentang menghubungkan distrik-distrik di Da Nang melalui Han River megah sekali dengan warna kuning keemasan dan beberapa bangunan pencakar langit yang belum terlalu tinggi, dan dimana-mana construction area, semua membangun, apa yang dibangun, HOTEL!

Hotel kita masih baru, waktu booking saya hanya membaca 8 review yang cukup baik. Staff nya ramah sekali hanya satu orang receptionist sekaligus yang memasak untuk sarapan tamu juga. Walaupun bahasa Inggrisnya terbatas tapi itikad untuk menolong sangat tinggi, walau jadi lucu, karena saya dan Sebastian tiap kali ngomong harus memadukan gerak tubuh plus Google translate, plus kamarnya masih baru dan bagus serasa di hotel berbintang, kecuali sea view yang ditawarkan! Sea view memang tapi lihatnya dari mana pakai apa, jadi di kamar kita ada jendela besar cantik, buka gorden nampaklah construction area, kemudian jalan raya, pohon-pohon kelapa, dan dengan memicingkan mata baru deh sea viewnya terlihat. Kita nggak ngedumel sungut – sungut apa bagaimana, tetap sea view juga kan…dari jauh 😀 rasanya destinasi kali ini lucu. Ditambah lagi ketika sewa motor matic buat Sebastian, harganya selangit, harus nawar dulu sama receptionist hotel, jadi deh 130.000VND/day kita penasaran kok mahal, jad pending dulu jalan ke sekitaran hotel tanya harga (150.000VND) padahal itu motor pada nganggur banyak -banyak kita tawar sedikit turun pun tidak mau.

Motor yang kita sewa dari hotel datang, checking okay, dan mata jeliku ini sekali lagi buat suasana jadi lucu, sticker logo rental motor ini ternyata tempat rental persis di depan hotel kita, yang tadi ditanya ngotot 150.000VND, nggak ngerti deh ilmu bisnis mereka, melalui hotel kok jadi murah, langsung kok mahal? Ibaratnya kan pihak hotel jadi calo?

 

*sambung besok yah, sudah pagi